sharing is caring

FAMILY ROAD TRIP TO YOGYAKARTA


Akhirnya kesampaian juga liburan di tengah kesibukan kerjaan dan drama kantor. Hahaha. Liburan itu penting loh guys, buat refresh otak dan hati dari rutinitas sehari-hari yang itu-itu saja. Minimal, minimal loh yaaa, setahun sekali bareng keluarga, atau sama temen. Tapi kalo bagi saya sama keluarga, buat semakin mempererat  kebersamaan. Kalo sama temen jatohnya sunnah. Itupun kalo ada temennya, kalo ada duitnya, kalo ada waktunya, dan kalo gak digandoli sama suami dan anak. Duh susah ya jadi emak-emak.

Kenapa Yogyakarta?
Oke, jadi kali ini kami memilih Yogyakarta sebagai destinasi wisata kami. Sebenernya sih lebih karena Yogya merupakan salah satu destinasi wisata yang menarik di Indonesia, banyak yang bisa di-explore, dipelajari, dan kota yang menurut saya ramah wisatawan dengan harga yang terjangkau. Jarak Bandung-Yogya juga ga seberapa ya kan, bisa pakai moda transportasi apapun. Kali ini kami sengaja mau pakai mobil pribadi aja, biar enak kemana-mana, ga rempong, karena kami bawa toddler yang bisa mendadak cranky dimana saja. Wkwkwk. Dan kalau pakai mobil sendiri itu kita bisa nge-setting sendiri mau kemana, mau sampai jam berapa.

Persiapan
Dua minggu sebelum keberangkatan saya sudah booking 3 hotel yang berbeda. Karena rencananya kami akan stay 4D3N di sana. Hotel ditentukan sesuai dengan lokasi wisata yang ingin kita kunjungi. Jadi sebelum book hotel, kita susun itinerary dulu selama 4 hari disana mau ngapain dan kemana aja. Kalo udah, baru cari hotel yang dekat dengan wisata kita.

Seminggu sebelum keberangkatan, saya sekeluarga rutin minum multivitamin (kami minum Sambucol Family) dan makan yang bener, biar sehat terus sampai hari H. Karena kalau udah sakit pas mau liburan itu..wahh merusak mood banget deh, ga enak segala-galanya. Makanya saya paling concern masalah kesehatan keluarga kalo pas mau liburan. Gimana caranya jangan sampe ada yang sakit. Karena dulu pernah juga road trip ke Jawa Timur, kondisi anak lagi flu. Dan itu jadi kacau deh segala-gala, ga enak mood pokonya.

Persiapan lainnya ya standard sih barang bawaan seperti baju, camilan buat di jalan, kamera, stroller, dan sedikit oleh-oleh buat saudara di Magelang. Oh ya kami juga memasang kasur angin di jok belakang, biar anak bisa tidur pulas, sekalian bawa bantal, selimut, dan boneka kesayangan. Haha, mantab khan.

ITINERARY
DAY 1
Perjalanan Bandung-Yogyakarta
Berangkat dari rumah Bandung hari Sabtu pagi sekitar pukul 06.30, beli oleh-oleh sebentar, dan cuss kita masuk gerbang tol via Buah Batu. Jangan lupa isi e-toll ya guys, saya isi Rp600.000, nanti akan saya runut detail pengeluaran tolnya. Di tengah jalan di sekitar tol Cipali, mobil sempat mengalami masalah, tiba-tiba setir bergetar hebat saat digas dengan kecepatan 100-120 km/h. Suami langsung badmood dan stress, akhirnya kita melipir dulu ke service center di Cirebon, KM 190-an. Sampai di service center pukul 11.00, setelah dicek ternyata mobil harus di spooring & balancing. Waduh, kesalahan nih, belom ngecek kesehatan mobil. Haha. Akhirnya kita harus menunggu sampai jam 12 baru kelar deh. Jadi buat yang mau liburan road trip, jangan lupa cek kesehatan mobilnya ya!

Selesai servis, karena udah waktunya makan siang, akhirnya kita berhenti di Sop Ayam Pak Min Klaten, untung sejalur dengan arah ke gerbang tol. Dan Alhamdulillah anak saya mau makan, cucok banget deh Sop Pak Min, sayang di Bandung ga ada. Selesai makan, jam 1 siang kita lanjutkan perjalanan, dan sampai di gerbang tol Bawen sekitar jam 4 sore. Saya keluar gerbang tol Bawen karena ikut Google maps aja, soalnya destinasi wisata pertama kita mau ke candi Borobudur.

Detail biaya tol (nominal dibulatkan):
Buah Batu-Kalihurip        : Rp60.000
Cikampek-Palimanan       : Rp102.000
Palimanan-Kalikangkung : Rp215.000
Banyumanik-Bawen         : Rp44.000
Total                                  : Rp421.000 (kurang lebih)

Homestay Anugrah Borobudur
















Sampai di homestay sekitar jam 7 malam. Kita menginap di Homestay Anugrah, ga sampai 2 km ke pintu masuk candi Borobudur, karena rencananya kita mau ikut tour Borobudur Sunrise. Homestay ini enak banget, nyaman, berasa di rumah, daerah sekelilingnya juga enak, luas, ada Indomaret, ATM, dan pedagang kaki lima kalau mau beli makan tinggal jalan kaki. Malam itu kami jajan bakmi goreng dan nasi goreng, murmer buanget cuma 15ribuan porsinya buanyak banget dan rasanya ga usah ditanyaa!!

Oh ya, homestay ini kami book yang kelas Ekonomi 1 via Traveloka, harganya Rp188.000 saja. Fasilitasnya sarapan, amenities lengkap, air panas di termos, kopi teh gula, air putih, cuma dia pakai kipas angin yah, bukan AC. Tapi its okey kok. Tempatnya juga bersih banget, rapih. Recomended buat yang mau wisata ke Borobudur dengan harga terjangkau.

DAY 2
Wisata Borobudur Sunrise
Kami berangkat jam 03.45 menuju Manohara Resto untuk beli tiket Borobudur Sunrise. Sengaja emang, pengen ke Borobudur subuh-subuh, menghindari panas dan keramaian pengunjung, biar bisa puas foto-foto dengan menikmati udara segar. *tim anti panas-panas club. Dan saya juga bawa toddler, bisa kebayang capenya jagain toddler sambil panas-panas. Duh nyerah deh.

Harga tiket Borobudur Sunrise untuk wisatawan domestik adalah Rp350.000 udah include sarapan. Untuk tutorial Borobudur Sunrise ada disini ya. Kita naik candi pukul 04.30 setelah solat Subuh. Rasanya gimana gitu, menapaki tangga candi Borobudur dengan kegelapan di subuh, wah ga bisa dibayangin dengan kata-kata pokonya. Sampai di stupa paling atas, sudah banyak turis disana, kebanyakan didominasi oleh turis asing. Turis lokalnya cuma bisa dihitung dengan jari, haha, saya jadi berasa wisata ke luar negeri.
Dan ternyata hari itu kami semua lagi ga hoki, karena sunrise nya ga keliatan, langitnya mendung. Tiba-tiba udah terang aja langit. Akhirnya yaudah kami poto-poto di sekitar candi, mumpum sepi pengunjungnya, dan cahayanya pas bagus. Turun dari candi sekitar pukul 06.30, kami menuju Manohara Resto dan sarapan disana. Sarapannya enak banget khas hotel bintang 4.

Kelar sarapan, kami berjalan-jalan mengelilingi area taman di sekitar candi. Enak banget suasananya, area tamannya luas, aspalnya bagus, pemandangan hijau, dan ternyata juga ada penangkaran gajah dan rusa. Anak saya suka sekali melihat gajah, dan memberi makan rusa. Rusanya jinak sekali, dikasih makan rumput langsung mau. Wkwkwkw.
Puas jalan-jalan mengelilingi area Borobudur, kami cuss balik ke homestay. FYI, area parkir untuk wisatawan Borobudur Sunrise ini sangat luas dan tidak terlalu padat, jadi enak banget, karena pintu masuknya juga berbeda dengan pintu masuk yang reguler. Jadi mungkin areanya khusus ya, pas kami keluar gerbang juga santai, tanpa antri dan bayar, langsung aja keluar gitu. Kemudian saat kami melewati gate reguler, woaahhh di dalamnya padat sekali, banyak bus-bus wisata dan mobil serta orang jualan gitu, semacam chaos. Jadi bayar mahal untuk Borobudur Sunrise menurut saya worth it yah dengan fasilitas seperti ini.

Hotel Satoria
Kelar check-out dari homestay, kami lanjutkan perjalanan menuju Yogyakarta karena destinasi selanjutnya adalah candi Prambanan. Sebelum ke Prambanan, kami check-in dulu ke hotel Satoria, yang letaknya tidak jauh dari candi Prambanan, sekitar 11 km tapi ngga macet yah. Hotel bintang 4 yang meraih Award Top Choice of Agoda Travelers 2018 ini sedang di-diskon gede banget dengan rate 200ribuan. Murah khaann. Padahal rate aslinya bisa 1 jutaan, lumayan pas ada promo di Agoda jadi langsung cuss booking. FYI setelah proses booking ketambahan biaya pajak dll jadi 400ribuan, tapi ngga papa, masih sangat worth it untuk hotel mewah sekelas Satoria ini. Kami pesen kamar tipe Superior King Room. Kamarnya nyaman, yah standard bintang 4 lah ya. Kasur gede empuk, ada sofa panjang, amenities lengkap, kulkas, safe deposit box, hair dryer, kopi teh gula, air mineral, electric kettle, dan TV.

Candi Prambanan
Setelah gogoleran sebentar di kamar dan makan siang via Gofood, jam 2 siang kami berangkat menuju Candi Prambanan. Perjalanan hotel Satoria ke Prambanan hanya memakan waktu sekitar 20 menit saja. Sampai disana, parkirannya sangat luas dan lega, jadi ngga usah khawatir ga kebagian parkir. Sebelum beli tiket masuk, kami solat Ashar dulu supaya lega nanti ye kan jadi bisa explore sepuasnya kalo udah sholat. Tiket masuk ke Candi Prambanan (Sept 2019) adalah Rp50.000 untuk wisatawan domestik dewasa. Anak saya gratis karena masih di bawah 3 tahun. Oh ya, jangan lupa bawa stroller ya kalau anaknya masih toddler dan anda malas menggendong, soalnya area Candi Prambanan ini luas banget, tapi stroller friendly.
Kami menghabiskan waktu sampai jam 17.30 di candi ini. Karena secantik ituh, seluas ituh, dan senyaman ituh buat wisatawan. Dan memang sengaja menunggu sunset untuk pepotoan. Wah keren banget sunsetnya, tak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Pokoknya klo wisata ke candi, saran saya pagi-pagi sekali, atau sore sekalian sampai sunset. Dapet nyamannya, dapet udara segernya, dapet viewnya, dapet foto kerennya.
Berjalan menuju pintu keluar, kita disuguhi dengan berbagai toko oleh-oleh khas Jogja. Mulai dari batik, baju bertema Prambanan, gantungan kunci, magnet kulkas, aksesoris, tas, alat musik, hiasan dinding, dan banyakk lagi macamnya, harganya juga murmer abiss. Gantungan kunci cuma seribuan. Kami belanja baju, gantungan kunci, dan alat musik buat mainan anak. Overall, candi Prambanan ini sangat-sangat layak dan recomended buat dikunjungi. Terutama di sore hari, karena sunsetnya sebagus itu, matahari ada di balik candi dengan sinar mega merah yang sangat indah. Aduh, saya gagal move on!

DAY 3
Taman Tebing Breksi
Keesokan harinya, kami berencana ke Tebing Breksi pagi-pagi sekali. Kami berangkat jam 6 pagi dari hotel, tujuannya cuma satu, supaya gak panas-panasan disana. *tim anti panas-panas club. Lokasi tebing Breksi dekat juga dengan candi Prambanan. Tiket masuk (parkir) Rp15.000 (Sept 2019). Jalan menuju tebing Breksi ini cukup menanjak ya guys, jadi harus pakai gigi rendah. Makanya sebenernya enakan kesana pagi-pagi banget, biar jalanan sepi, karena kalo nanjak dan rame itu yaah menakutkan, hehe.
Hari itu Senin pagi, dan pengunjungnya cuma kami, jadi bisa puas pepotoan, serasa tebing Breksi hanya milik kami. HAHAHA. Tebing Breksi ini merupakan area bekas penambangan, dan disulap jadi tempat wisata yang oke. Di spot pertama ada kolam ikan, ikannya banyak banget, anak saya suka sekali ngasih makan ikan. Namun ada yang membuat kami sangat sedih, kolam ikan satunya yang ada di balik batu, banyak sampah plastik dan tutup botol air mineral, padahal disitu banyak ikannya. Rasanya kontras gitu, ingin marah sama wisatawan yang ga punya hati, bisa-bisanya buang sampah di kolam. Sedih banget loh guys, klo kalian jadi wisatawan please jaga dan sayangi tempat wisata dan makhluk yang hidup di sekitarnya.

Puas bermain di kolam ikan, kami naik ke atas tebing, lumayan cape juga karena tinggi banget untuk sampe ke atas. Di atas banyak sekali spot foto yang bagus meskipun agak alay. Spot foto yang dibuat-buat gitu seperti outdoor photo studio lengkap dengan propertinya, seperti angel wings, sepeda, kursi, pintu langit, dll. Kebayang kan yah. Jadi yang pepotoan disini dapet view langit yang keren, seperti foto di atas awan. Gitu. Selebihnya sih ya cuma tebing biasa.

Setelah kurang lebih 1 jam kami explore dan pepotoan di tebing Breksi, kami pun kembali pulang ke hotel untuk sarapan, packing, dan check out. Sarapannya enak banget, mirip seperti di Manohara, sarapan khas hotel bintang 4. Pokonya hotel Satoria ini recomended buat yang mau wisata ke candi-candi di Yogya dan tebing Breksi.

Tempo del Gelato Prawirotaman
Setelah check out, kami melanjutkan perjalanan ke pusat kota Yogyakarta. Berhubung siang itu sangat panas, kami mendinginkan diri dengan makan es krim di Tempo del Gelato, daerah Prawirotaman. Es krimnya enak banget, untuk small cup harganya Rp20.000 dengan 2 macam varian rasa yang bisa dipilih. Small cup bagi saya sudah lebih dari cukup sih, karena isinya lumayan banyak. Oh ya, untuk yang bawa mobil, bisa parkir di seberang kedai ini ya, ada keterangannya kok "tempat parkir pengunjung Tempo del Gelato" gitu. Soalnya pas pertama kesana kami bingung, jalannya sempit dan seperti tidak ada parkiran mobil. Tapi ternyata ada, maju dikit di seberangnya.

Keliling Area Keraton dengan Becak Motor
Kelar makan es krim, sambil menunggu waktu check-in hotel selanjutnya, kami memutuskan untuk jalan-jalan keliling area keraton naik becak motor. Saat kami parkir di dekat pintu masuk keraton ada kang becak yang menawarkan diri untuk mengantarkan kami keliling area sekitar keraton sekalian kalau mau beli oleh-oleh, gitu katanya, harganya cukup Rp20.000 saja. Ya sudah, langsung kami iyakan. dan kami pun diantar dengan destinasi pertama adalah toko oleh-oleh Bakpia 99. Kami beli 3 box bakpia yang masih hangat.Destinasi kedua adalah toko kaos khas Jogja yang menurut si kang becak, ilustrasinya merupakan karya asli abdi dalem keraton. Yasudah kami pun menurut beli kaos buat anak dan ayahnya. Harganya lumayan juga, kaos anak 50ribuan, kaos dewasa 85ribuan ke atas. Kalo menurut saya malah desainnya standard aja sih, bahan kaosnya tapi lumayan bagus. Its okey, lumayan buat kenang-kenangan dari Jogja.
Destinasi ketiga adalah toko lukisan gitu, karya lukisan para abdi dalem. Lukisannya lebih ke budaya-budaya gitu, ada asmaul husna juga sih. Akhirnya kita cuma lihat-lihat saja sambil mendengar penjelasan pemilik toko. Dan selesailah perjalanan bersama kang becak. Kita berhenti di dekat alun-alun utara, disini ada penjual batik pinggir jalan, saya beli 1 batik untuk anak saya, harganya Rp35.000. Pas liat cocok langsung gercep beli, takut ga ketemu lagi yang cocok, dan siang itu panass bangett jadi musti cepet. Kelar beli batik, kami sholat dulu di Masjid Gedhe Kauman, masjid kesultanan Yogya yang arsitekturnya 'jawa' banget. Selesai sholat, kami naik dokar menuju parkiran mobil tadi. Karena itu tengah hari banget, dan rasanya udah ga kuat lagi buat jalan kaki ke parkiran, yaudah kita putuskan naik dokar sekalian pengalaman baru buat anak. Tarif dokar adalah Rp50.000, padahal deket. Yasudahlah ya, wkwkwk.

YATS Colony
Jam 14.30 kami tiba di hotel selanjutnya, YATS Colony. Hotel bintang 3 yang ngehits banget di Jogja, yang mana tamu-tamunya kadang berasal dari artis ibukota. Meskipun bintang 3, tapi hotel ini rate harganya agak mahal juga. Kami booking tipe RA Room, yang pool view lantai 2, dengan rate Rp735.000 (udah sama diskon di Booking.com) per malam. Meskipun mahal, tapi hotel ini keren bangeettss arsitekturnya, perkawinan seni kontemporer dan budaya lokal Jawa. Jadinya ya gitu deh, memanjakan mata banget, meskipun areanya kecil tapi nyaman dan homy abis. Kamarnya didesain sedemikian rupa, perintilannya pun juga aduh ciamik dan cantik, ngga seperti hotel standar gitu, dan dia less plastics loh. Tidak menggunakan air mineral botolan, tapi lebih memilih botol dan gelas kaca serta bisa diisi ulang di dispenser yang disediakan di luar kamar. Keren kan. Tidak disiapkan kopi teh gula di kamar, tapi disiapkan di luar dekat dispenser dengan memakai toples gitu, jadi tamu bisa ngeteh atau ngopi sepuasnya. Ini hal sepele, tapi bagi saya menyentuh. Amenities pun lebih lengkap daripada hotel bintang 4 sebelumnya. Ada sisir, alat cukur, dan pasta giginya pakai Pepsodent dong! Biasanya kan pasta gigi kecil tanpa merk gitu wkwkwkwk. Sandalnya juga ngga abal-abal kertas putih tipis, tapi kayak sandal swallow gitu warnanya kuning. Ahhh so sweet.

Yang enak lagi itu juga bednya, jadi ga semata cantik di mata, tapi kenyamanan tamu itu benar-benar diperhatikan. Bed nya, aduhh saya ga bisa berkata-kata, empukkk buangett. Sekali rebahan susah buat bangkit lagi. HAHAHA. Lebay luuuhh. Tapi emang senyaman itu guys. Swimming pool nya juga asyik, meskipun kecil tapi cukup lah, ada kids pool nya juga, dikelilingi dengan tanaman hijau rimbun gitu. Trus kalo untuk breakfast menurut saya standard aja sih, taste nya standard, masih enak hotel-hotel sebelumnya. Overall sih bagi saya ini enak dan nyaman buat stay dan pepotoan, banyak spot instagramable.

Malioboro
Malamnya rencana kita mau jalan-jalan ke Malioboro terus kulineran gudeg mercon. Tapi setelah sampe Malioboro ternyata waduh chaos banget, susah cari parkiran. Akhirnya kita cuma bentaran aja di sini, pepotoan di perempatan deket bank BNI dan kantor pos. Ajubileee rame banget, padahal ini Senin malam lho. Dan memang kata temen yang warga Jogja, Malioboro memang selalu ramai tak mengenal hari. Makanya mereka malas kalo malem-malem keluar ke Malioboro. Ohh, jadi begitu, baru tau saya. Akhirnya keinginan pepotoan di plang Jl. Malioboro harus pupus. Keinginan belanja juga pupus. Untung kemarin udah beli baju Jogja. jadi ga terlalu nyesel ga jalan-jalan di Malioboro. Karena emang seramai itu, jadi mager, apalagi bawa toddler.

Gudeg Mercon bu Tinah
Setelah dari Malioboro, kita ke Gudeg Mercon bu Tinah, kuliner legendaris di Jogja yang baru buka jam 21.00. Saya taunya dari Youtube nya Nex Carlos, jadi cuss deh kesitu. Pas nyampe sana masih jam 20.45, tapi antriannya udah panjang. Waooww. Setengah jam kemudian akhirnya kita bisa cicipi juga nih gudeg, mereka menyediakan tikar-tikar di sekitar trotoar, jadi makannya di pinggir jalan gitu. Menurut saya gudegnya emang enak banget tapi pedesnya itu wow sih, saya ga habis saking pedesnya. Tapi kata suami, pedesnya ga terlalu. Dan emang nagih, rasanya terngiang-ngiang meskipun pedes, wkwkwk. Mereka juga menyediakan lauk lainnya seperti sate ayam, ceker, tempe goreng, dll. Saya cobain sate ayamnya, enakk banget bisa buat tombo pedes, sambil menyeruput teh manis hangat, uuww mantaab.

DAY 4
Beli oleh-oleh di Mamahke Jogja
Pagi harinya, kami sempatkan renang dulu sebelum packing dan sarapan, yah gak mau rugi lah ya udah bayar mahal masa fasilitasnya ga dicobain satu-satu. Kami check-out dari Yats sekitar jam 8.30 pagi, karena hari ini sudah saatnya pulang ke Bandung. Sebelum pulang, kami mampir ke toko oleh-oleh Mamahke Jogja milik Zaskia Mecca. Beli kue Mamahke, dan snack-snack UKM macam keripik usus dan wader. Harga kue Mamahke adalah Rp60.000, sedangkan snack UKM nya kisaran Rp25.000. Lumayan juga ya harganya, tapi gapapalah, mumpum di Jogja, besok-besok harus hidup hemat lagi. HAHA.

Kalo menurut saya sih rasa kuenya enak standar aja, dia semacam bolu kotak yang di dalamnya ada pastry dan coklat. Coklatnya lumayan enak sih tapi. Yang lebih enak lagi ternyata snack UKM nya, ga salah harganya segitu, rasanya emang mantab abiss, cocok buat camilan di perjalanan mengusir rasa kantuk.

Perjalanan Pulang
Kelar beli oleh-oleh, kami langsung pulang. Masuk melalui gerbang tol Boyolali, berikut rincian biaya tol:
Boyolali-Banyumanik          : Rp61.500
Kalikangkung-Palimanan     : Rp212.500
Palimanan-Cikampek           : Rp117.000
Kalihurip Utama-Buah Batu : Rp45.000
Total                                      : Rp436.000

Untuk bensin, saya lupa menghitung tapi kalau ga salah ingat, kita habis 1 jutaan PP dan keliling kota Yogya selama 4D3N. Jadi total biaya transport adalah hampir 2 juta ya untuk bulan September 2019.

Ex Pabrik Gula Banjaratma (KM 260 arah Bandung)
Kami sempat mampir di Brebes untuk beli telor asin bakar, karena emang udah direncanain dari awal, pulangnya mau beli. Bukan keluar tol ya, tapi kami melipir di rest area KM 260 di kota Brebes. Di pinggir tol ada iklan telor asin YES, jadi langsung cuss. Dan ga taunya, rest area ini ternyata keren bangeet meen. Ada bekas bangunan pabrik gula yang direvitalisasi jadi tempat untuk berjualan, namanya ex pabrik gula Banjaratma. Dalamnya sangat luasss, sampe ada kandang burung sebesar di kebon binatang. Pokoknya keren banget, banyak spot foto instagramable. Ada juga masjid yang arsitekturnya disamain dengan bangunan pabrik, ada lokomotif jadul sebagai hiasan di sebelah masjid. Keren lah pokoknya. Di dalamnya banyak kios yang berjualan oleh-oleh khas Brebes, seperti telor asin, bawang merah, dan oleh-oleh khas Jawa Tengah lainnya. Ada juga kios makanan, bazaar baju, Indomart, dan Alfamart, lengkap lah pokoknya, tapi sayang kami disana pas siang, jadi agak panas karena di dalamnya pake kipas angin.

Selesai beli telor asin bakar, kami melanjutkan perjalanan pulang, dan sampai di gerbang tol Buah Batu sekitar jam 7 malam. Sampai rumah jam 8 malam, gara-gara macet di Bandungnya. Kata suami, nyetir di tol malah ga kerasa capek sama sekali, capeknya malah pas nyetir di dalam kota Bandung. Hadeuh, semacet ituuh kota Bandung saat ini..

Alhamdulillah, sampai rumah dengan selamat, dan sudah bisa dipastikan saya gagal move on dari liburan ini. Jadi sekian yah cerita perjalanan yang bisa saya bagikan, semoga bermanfaat bagi siapapun yang sedang merencanakan family trip ke Jogja, bisa dicontoh itinnya, dijamin enak mantab! Selamat berlibur!
Be First to Post Comment !
Post a Comment

EMOTICON
Klik the button below to show emoticons and the its code
Hide Emoticon
Show Emoticon
:D
 
:)
 
:h
 
:a
 
:e
 
:f
 
:p
 
:v
 
:i
 
:j
 
:k
 
:(
 
:c
 
:n
 
:z
 
:g
 
:q
 
:r
 
:s
:t
 
:o
 
:x
 
:w
 
:m
 
:y
 
:b
 
:1
 
:2
 
:3
 
:4
 
:5
:6
 
:7
 
:8
 
:9

PERJALANAN INVESTASI : DARI TABUNGAN BERJANGKA HINGGA SAHAM

Waw baca judulnya kayak iye banget ya? Hahaha. Tulisan ini hanya menceritakan pengalaman, bukan rekomendasi. Keputusan investasi semua berad...

Post Signature

Post Signature