sharing is caring

INFEKSI JAMUR DI KAKI (PENGALAMAN PRIBADI)

AWAL CERITA GATAL-GATAL DI KAKI
Ceritanya berawal dari kaki kanan bagian kiri yang tiba-tiba muncul kulit yang mengelupas terus gatal rasanya. Waktu itu saya pikir cuma gatal biasa aja, jadilah digarukin, garuk, garuk terus, sampai akhirnya nggak sadar itu gatal udah nangkring terus selama berbulan-bulan, dan kulit yang mengelupas tadi lama-lama membesar membentuk lingkaran. Saya pun masih asyik saja menggaruk-garuk (pas digaruk tu kerasa nikmat banget, haha!), sampai akhirnya si kulit gatal ini infeksinya semakin meluas sampai ke bagian atas kaki. Lama kelamaan dia meradang dan muncul ruam berwarna merah gitu, terus banyak bentil kecil-kecil (ini saya ngetiknya sambil merinding jijik sendiri, haha). Sampai akhirnya saya sadar, ada yang tidak beres dengan kaki saya, lalu paniklah saya. Browsing kesana kemari, akhirnya menyimpulkan dan berasumsi sendiri kalau terkena eksim kering, karena gejalanya hampir sama dengan eksim kering (gatal, merah, bentil kecil-kecil, kalau digaruk keluar cairan bening). Wah pokoknya gatal luar biasa deh.

Lalu saya cerita ke mama, kata mama,"mungkin itu infeksi karena kulitmu kering kayak mama". Gitu. Akhirnya dikasihlah salep Benoson. Dan bener deh, setelah dua kali pemakaian oles Benoson, tu kulit kaki langsung mengelupas gitu dan warnanya jadi menghitam, terus gatalnya hilang, dan kalau dipegang gitu rasanya kulit kayak tebal macam kulit badak gitu. Setelah beberapa hari pemakaian, tidak menunjukkan perkembangan yang sembuh total. Cuma sebatas kulit mengering, mengelupas, menghitam, dan menebal, serta gatal yang berkurang. Tetep saja saya merasa ga nyaman, karena kan yang namanya sembuh total itu mestinya kulit jadi mulus lagi dong ya. Setelah saya berhenti memakai Benoson, kulit pun meradang dan gatal lagi. Lha masa harus seterusnya pakai Benoson? Kan saya jadi takut yak, apalagi dia salep antibiotik.

BEROBAT KE DOKTER SPESIALIS KULIT
Akhirnya setelah kurang lebih 3 bulan menderita infeksi ini, saya tidak kuat lagi dan akhirnya pergi ke dokter kulit di RS Borromeus, ke dr. Gita S. Purnama A, SpKK. FYI, infeksinya sudah muncul juga di kaki sebelah kiri, meskipun tidak separah di kaki kanan. Hiks. Setelah konsultasi dan melihat kaki saya, beliau bisa langsung tahu,"kata siapa itu eksim bu, itu mah jamur!" begitu katanya. Oalaaah, baru tau saya, huhu. Beliau menanyakan sudah berapa lama saya terinfeksi ini, dan sudah pakai obat apa saja. Setelah itu beliau ketik-ketik di komputernya, katanya mau dikasih salep racikan dan obat minum juga. Karena kasus saya ini juga harus diobatin lewat darah. Overall dr. Gita bagus sih, cuma menurut saya kurang komunikatif gitu. Beliau orangnya langsung to the point ngasih obat, dan mengetik di komputernya. Padahal harapan saya, harusnya beliau bisa ngasih edukasi ke pasien gitu lho, kenapa jamur itu bisa muncul, kebiasaan apa yang harus saya perbaiki, bagaimana treatment setelah obat habis atau setelah sembuh. Gituu.. karena saya tipikal pasien yang suka dengan dokter yang cerewet dan banyak omong. Hehe.

Akhirnya saya harus menunggu bagian farmasi untuk meracik obatnya, lumayan lama sih hampir 1 jam, karena saya juga sekalian konsul tangan yang pecah-pecah (cerita tangan pecah-pecah ada di sini), Jadi krimnya ada 3 macam, 2 macam untuk tangan, dan 1 macam untuk kaki.

Dan ini isi krim racikan untuk jamur kaki:
- Formyco CR 10 G (2 tube)
- Bactoderm Oint 10 G (0.55 tube)
- Termisil CR 10 G (1 tube)
Obat minumnya:
- Formyco 200 MG Tab 0 (7 tablet)
- Cetinal 10 MG Tab (7 tablet)

Setelah rutin pakai salep dan minum obatnya selama 1 minggu, Voilaa! Kaki saya sembuh dan mulus tak ada rasa gatal sedikitpun. Tapi meninggalkan bekas warna gelap di kaki. Dan saat itu, saya pikir saya sudah sembuh total, akhirnya saya hentikan pemakaian salep.

KAMBUH LAGI DONG!
Seminggu setelah lepas obat, bener-bener seperti masa emas, tanpa rasa gatal dalam hidup saya. Kenyataannya, gatal menyerang lagi seminggu setelah saya lepas obat. Hiks. Tiba-tiba kaki kanan dan kiri yang bekas jamur kemarin, muncul bentol-bentol kecil dan rasa gatalnya persis sama rasa gatal yang kemarin, plus kulit jadi berwarna merah lagi. Ooo tydaacckk!! Akhirnya saya kuatkan hati untuk tidak menggaruknya. Karena saya tau, menggaruk malah bikin gatalnya semakin hebat, dan makin parah infeksinya.

Saya oles lagi krim yang masih tersisa dari dr. Gita kemarin. Setelah dioles, keluar cairan bening dan gatal. Seminggu saya berjibaku dengan sisa salep dan ternyata gatalnya tak kunjung sembuh. Cuma berkurang sedikit. Seperti tidak mempan gitu, ga seperti pas awal saya pakai krim itu. Dan saya semakin sutris dong. Ga tahan akhirnya saya garuklah kaki saya T_T, dan seperti sudah diduga, infeksinya semakin parah. Balik lagi seperti dulu, meskipun ga separah dulu sih, tapi tetep aja menyiksa.

Akhirnya saya browisng-browsing, dan baru tau bahwa jamur di kaki ini muncul lagi karena apa. Asumsi saya, karena yang pertama saya pakai sepatu ke kantor itu agak ketat, jadi bikin kaki lembab yang memicu jamur tumbuh lagi (suer saya baru tau, oon banget ya). Dan memang, di hari H kaki saya kambuh itu, pas banget sepatu yang tiap hari saya pakai itu bau dan kaki saya juga bau. Wah bener deh ini, emang harus jaga kebersihan! Penyebab kedua, saya tidak memakai krim sampai tuntas. Jadi harusnya, krim tetep dipakai meskipun sudah sembuh, untuk membunuh total jamur. Karena ditakutkan masih ada bibit jamur yang tersisa. Dan inilah yang tidak diinfokan oleh dr. Gita. Saya sebagai pasien awam, ya mana tau kalo krim harus tetep dipakai meskipun sudah sembuh. Karena sejatinya pengobatan jamur itu bisa sampai 6 minggu.

Besoknya saya langsung mencuci semua sepatu yang saya punya. Jemur sampai kering. Dan browsing lagi tentang salep apa yang bagus untuk mengobati jamur di kaki. Kesimpulannya, salep/obat berbahan Ketoconazole dan Miconazole yang katanya ampuh untuk bunuh jamur. Akhirnya saya pergi ke apotek, dan oleh mbaknya dikasih salep Fungoral. Harganya 30-ribuan kalo ga salah.

Setelah hampir 2 minggu memakai salep Fungoral, kulit saya menjadi kering, kasar, dan menebal. Gatalnya berkurang sih, tapi masih ada terus kadang muncul tenggelam gitu. Lalu sebagian kulit jadi kayak pecah gitu mungkin saking keringnya, jadi ketika kaki direnggangkan, dia pecah. Hiks, lumayan perih. Akhirnya saya coba ganti salep ke Daktarin.
Seminggu lebih memakai Daktarin, kulit jadi better daripada pake Fungoral, tapi yah tetap saja kering dan perih meski tak separah memakai Fungoral, gatal pun juga kadang masih muncul meskipun tak seberapa.

BEROBAT GRATIS KE PUSKESMAS
Pengen ke dokter kulit lagi tapi pas bokek! Hahaha. Akhirnya saya coba ke Puskesmas dulu deh, siapa tau bisa minta rujukan, batin saya, karena di Puskesmas tidak ada dokter spesialis kulit, adanya dokter umum. Akhirnya, saya ceritakanlah riwayat penyakit jamur ini ke bu dokternya. Saya keluarkan salep-salep yang saya pakai. Akhirnya si dokter meresepkan saya salep Miconazole Nitrate (kandungan sama dengan Daktarin) dan obat minum Ketoconazole yang diminum selama 7 hari. Kalau belum sembuh nanti disuruh datang lagi ke Puskesmas. Dan, gratis tidak keluar uang sepeserpun! Alhamdulillah.
Dua hari pemakaian salep dan minum tablet Ketoconazole, jamur di kaki saya berangsur-angsur mengilang dong! Waoooww! Gatalnya jauh berkurang, terus kulit pelan-pelan mengelupas dan menghalus. Dan akhirnya setelah seminggu pemakaian, kulit kaki jadi bersih dan mulus. Masih ada bekas sih warnanya agak berbeda dari kulit sehat, tapi MUCH BETTER daripada kemarin. Alhamdulillah, manjur juga pakai obat gratis dari Puskesmas.

Next untuk perawatan emang harus lebih berhati-hati. Dari sakit ini saya belajar:
  1. Rajin mencuci sepatu maksimal 1 bulan sekali
  2. Jangan memakai sepatu yang ukurannya sempit, pakai sepatu satu nomor di atasnya supaya ada sirkulasi udara
  3. Segera cuci kaki saat kotor
  4. Intinya kaki harus selalu kering dan terkena angin supaya tidak membuat kondisi lembab yang mana jamur bisa tumbuh lagi. Karena katanya kalau sudah pernah kena, akan rentan terinfeksi kembali
  5. Jika sudah pernah kena jamur, jangan sedikitpun kita iseng menggaruk bekas kulit yang telah sembuh dari infeksi, karena itu akan MEMICU jamur datang kembali. Saya sudah mengalaminya, so trust me please. Jangan menggaruk sama sekali.
Sekian cerita dan tips dari saya. Semoga bermanfaat bagi pembaca yang sedang mengalami hal yang sama. Infeksi jamur itu memang sungguh menyiksa, gatalnya itu loh naudzubillah deh. Saya pun struggle selama berbulan-bulan, tapi memang penanganannya telat sih, haha.

*UPDATE 1*
Beberapa bulan setelah sembuh dari jamur kaki, saya suka iseng menggaruk bekas kulit yang pernah terinfeksi. Iseng karena terkadang masih muncul rasa gatal meskipun hanya sekilas dan sedikit sekali. Tapi ya namanya iseng, mentang-mentang udah sembuh, jadi kayak merasa "sok". Dan ternyata ini sangat tidak dibenarkan. JANGAN PERNAH kalian menggaruk bekas infeksi itu, karena penyakit ini bisa kambuh seperti semula. Dan saat ini saya sedang merasakannya, gatal sekali maakk T_T. Kali ini saya memakai salep 88, dalam 3 hari sudah menunjukkan sembuh. Tapi namanya saya, iseng lah garuk-garuk nikmat, dann dalam beberapa menit langsung kambuh lagi dong T_T ya Allah, capek akutu. Padahal saya garuknya ga kenceng samsek, tapi bisa langsung memicu gatal yang hebat. Tiba-tiba muncuk bintil-bintil dan merah, jika dioles salep, airnya keluar, dan itu gatal sekali.

Saya coba dulu deh rutin pakai salep 88, semoga bisa sembuh lagi. Dan semoga saya kuat untuk tidak "iseng" menggaruknya..meskipun rasa gatalnya LUARRR BIASAAA...

*UPDATE 2*
Setelah hampir 2 minggu akhirnya saya menyerah, kulit semakin infeksi karena gatal dan digaruk. Akhirnya saya pergi lagi ke dokter kulit yang berbeda. Saat dokter melihat, katanya kulit saya sudah infeksi dan sudah mengalami eksim juga. Akhirnya belio resepkan cairan NaCl, obat salep racikan, dan obat minum. Jadi cairan NaCl dituang ke kassa, dan dikompres ke area luka dan gatal, selama 10 menit x 3, pagi dan malam sebelum tidur. Setelah dikompres, baru dioles salep racikan. Untuk salep racikan saya tidak tau komposisinya apa aja, karena tidak ada di struk. Obat minum saya diberi Cerini yang merupakan obat untuk rasa gatal (anti histamin). Katanya setelah 2 minggu pengobatan, kalau kulit masih gatal saya disuruh kembali.

Namun voila! Seperti biasanya, dalam seminggu kulit sudah halus mulus tak berbekas dan tidak gatal sama sekali. Oh kulit impian saya. But, that damn itch was never ends. Hampir sebulan kemudian, gatal-gatalnya muncul lagi, dan langsung saya oles lagi salep yang masih ada. Rutin saya oles dan hilang. Namun beberapa hari sembuh, beberepa hari gatalnya muncul lagi. Seperti ini sudah 3 kali. Wah bener-bener kampret deh. Padahal saya di rumah dan tidak beraktivitas yang membuat kaki dalam keadaan lembab. Mau balik ke dokter karena penasaran tapi lagi pandemi Covid-19, jadi musti diurungkan. Saya baca memang yang sudah pernah mengalami athlete's foot, berpeluang untuk kambuh lagi dan lagi. Gimana ya? Sedih sih. Gimana dong. Nunggu Corona selese yah, pengen ke dokter yang sama lagi. Aaminn. Sambil mencoba rutin jemur kaki jam 10 pagi, dan minum teh ketumbar yang katanya bisa melawan infeksi jamur. Bismillah.

PERJALANAN INVESTASI : DARI TABUNGAN BERJANGKA HINGGA SAHAM

Waw baca judulnya kayak iye banget ya? Hahaha. Tulisan ini hanya menceritakan pengalaman, bukan rekomendasi. Keputusan investasi semua berad...

Post Signature

Post Signature