Hernia, penyakit turun berok usus yang baru saya ketahui setelah hampir 2 tahun mengidapnya. Entah bagaimana awalnya, dari semua artikel yang saya baca di internet, banyak faktor yang bisa menyebabkan seseorang menderita hernia. Bisa dari kebiasaan hidupnya yang sering bekerja fisik mengangkat benda berat, aktivitas berat seperti naik gunung, berdansa, dan lain sebagainya yang semuanya mengandalkan kekuatan perut. Pun juga bisa dari keturunan, atau suka 'ngeden' terlalu lama saat buang air. Dari faktor-faktor di atas, sampai sekarang saya masih belum tahu apa penyebab hernia saya. Jika saya ingat-ingat kembali, sekitar hampir dua tahun yang lalu, banyak aktivitas berat yang saya lakukan. Mulai dari saya pindahan tempat tinggal, hingga aktivitas naik gunung Prau bersama teman-teman CPNS kala itu. Mungkin. Who knows.
Setelah segala aktivitas dan jalan hidup (cieeh) yang banyak dilalui, sekitar pertengahan atau mungkin akhir tahun 2014 (lupa kapan) tiba-tiba saya merasakan ada benjolan di antara bawah perut dan selangkangan kanan. Benjolan ini muncul tiba-tiba, sebesar jempol, dan ketika dipijat dia suka berlari ke kanan atau kiri, kadang pun setelah dipijat ia tenggelam alias benjolannya hilang. Tidak terasa sakit sama sekali. Awalnya saya takut, jangan-jangan tumor? Mengingat saya memiliki riwayat kanker dari keluarga. Saat saya ceritakan hal ini kepada kakak saya yang seorang dokter gigi, katanya mungkin itu kelenjar, tapi lebih baik diperiksakan saja dulu ke dokter umum. Dan, oke, saya pun berangkat ke sebuah klinik di ITB, daftar ke dokter umum. Saya perlihatkan kepada dokter (untung dokternya cewe), dan kata dokter itu mungkin infeksi saja. Saya pun diberi obat minum untuk penghilang infeksi. Saya masih tidak percaya, bagaimana bisa infeksi tapi benjolannya suka lari dan kadang timbul tenggelam? Ketika obat habis dan benjolan masih saja tetap ada, akhirnya saya berusaha tidak menggubris, saya anggap kelenjar biasa, dan selama setahun lebih saya beraktivitas seperti biasa, karena benjolan tsb tidak terlalu mengganggu.
Beberapa kali secara tidak sengaja dan refleks, saya suka diam-diam memijit benjolan tersebut ketika akan tidur, karena lama-kelamaan benjolan tsb semakin membesar dan mengeras, membuat saya semakin takut, dan tidak bisa berpura-pura bahwa saya baik-baik saja. Di akhir tahun 2015, saya pergi ke Obgyn di RSIA Hermina Pasteur, Bandung. dr. Anna Fachruriah, seorang dokter Obgyn rekomendasi sebagian besar para blogger di kota Bandung. Dan ternyata memang benar, dr.Anna seorang dokter yang pandai, menenangkan, dan menjelaskan dengan detail kepada pasiennya, sebelum pasiennya sempat menanyakan ini itu. Saya pergi ke dr, Anna untuk urusan lain, sekalian saya berkonsultasi mengenai benjolan yang saya alami itu. Saat itulah akhirnya hernia itu baru ketahuan. dr. Anna bilang itu hernia, dan saya disarankan untuk berkonsultasi ke dokter bedah, di Hermina sini ada, katanya. Saya pun kaget bukan kepalang, sering denger kata 'hernia' tapi tidak tahu, saya menganggap itu penyakit serius yang menakutkan, sebelum berusaha mencari tahu. Waaaahh... gawat juga ini.. Hiks
dr. Anna bercerita, bahwa penyakit hernia adalah penyaki usus yang terjepit otot perut bawah, dan pernah ada pasien yang sampe ususnya terjepit hingga membusuk karena tidak pernah dilalui makanan, sehingga jadi tidak berfungsi dan membusuk. Sungguh penjelasan dr. Anna membuat saya panik. Sepulang dari sana, saya kembali ke kantor dan langsung browsing mengenai hernia. Saya, yang benar-benar awam dan sama sekali tidak tahu, akhirnya baru mendapatkan penjelasan yang benar-benar gamblang setelah browsing. Membaca pengalaman para blogger dan forum-forum mana pun, dan jujur saya merasa lega, karena hernia bagi saya bukan tergolong penyakit kelas berat, seberat kanker atau diabetes.. Karena itu saya bersyukur... Bersyukur dengan tetap waspada. Sebagian penderita hernia disembuhkan dengan operasi, karena memang hanya itu satu-satunya jalan keluar. Kenapa? Karena otot perutmu sobek, ususmu keluar melalui robekan itu dan membuat benjolan. Dan operasi hernia adalah membuat ususmu dikembalikan ke tempat semula, kemudian menjahit otot perutmu, agar tidak robek lagi. Dan biasanya dokter akan menambahkan 'mesh' di dalam otot perutmu agar semakin kuat. Simple bukan? Jadi janganlah takut untuk operasi. Hehe.
Hernia yang saya alami tergolong sebagai Hernia Ingunalis, hasil browsing saya mengatakan begitu. Setelah paham betul mengenai hernia dan ciri-cirinya memang sama dengan yang saya alami, di bulan Januari 2016 saya memberanikan diri untuk menemui seorang dokter bedah umum di RSIA Hermina Pasteur, dr, Liza Nursanty, SpB, MKES (mohon maaf bila ada salah penulisan gelar), satu-satunya dokter bedah wanita di RSIA Hermina. Saya inginnya di-operasi oleh dokter wanita, karena lebih alasan kenyamanan saja. Meskipun sebenarnya, dokter laki-laki lebih logis dalam menjelaskan dan mengambil keputusan (katanya sih).
Jadwal dr.Liza kala itu adalah hari Sabtu jam 09.00-10.00 WIB. Saya datang, dan kesan pertama saya saat bertemu dr. Liza adalah dokter yang ramah, enak diajak berbicara, menjawab dengan baik segala pertanyaan saya. Bahkan beliau pun memanggil saya dengan panggilan 'sayang'. Hehe, jujur saya suka dengan panggilan tsb. Jadi kesannya lebih akrab saja. Sudah bisa ditebak, setelah memeriksa hernia saya, dr. Liza menyarankan untuk operasi. Hadeuh.. hehe. Beliau menanyakan saya bisa kapan untuk siap, dan let's do that surgery!
Untungnya saya memiliki asuransi MNC Life Ad Medika, yang saya dapatkan dari suami saya, namun saya masih belum tahu, apakah operasi tsb dicover seluruhnya atau tidak? PR baru lagi, harus mencari tahu informasi mengenai hal itu. Huft. Karena bukan hal yang mudah, kau harus browsing, bertanya dengan agak sedikit 'ngotot' kepada para perawat dan bag. administrasi rumah sakit. Karena jika kamu hanya diam saja, pasrah, dan mengikuti kata mereka, kamu akan terjebak ke dalam ruang 'kebingungan'. Bingung dan galau ini sebenarnya dicover atau tidak? dan saya harus menyiapkan uang sejumlah berapa untuk jaga-jaga? This is important thing guys. Ketika saya bertanya kepada dr.Liza, apakah operasi tsb dicover, beliau menjawab tidak tahu, dan saya disuruh menanyakan kepada pihak rumah sakit saja. Oke, barangkali dokter ada pengalaman dengan asuransi tsb, makanya saya tanya. Tapi ternyata beliau juga tidak tahu.
Keluar dari ruangan dr. Liza, saya diajak perawat ke mejanya, dan dijejali dengan berbagai dokumen untuk persiapan operasi. Wow, secepat dan setanggap inikah? Batin saya. Ini prosedur RS nya yang lebay, atau memang saya aja yang bloon? Hahaha. Banyak dokumen yang dijelaskan oleh perawat, banyak yang harus saya baca, pahami, dan tanda tangani, semua untuk persiapan operasi katanya. Mungkin sekitar setengah jam hanya untuk mendengar penjelasan perawat, membaca, dan menandatngani hingga selesai. Intinya adalah persetujuan pasien untuk dikenakan tindakan operasi, dimana, apa, bagian mana. Sekalian saya tanyakan ke si perawat, bagaimana dengan biaya operasi yang dicover. Full kah? atau sebagian kah? Terus terang saya takut mengenai biaya ini, karena saya tahu, biaya operasi tidaklah murah, apalagi di RS swasta sekelas Hermina ini. Saya katakan pada suster bahwa saya belum tahu ingin jadwal operasi kapan. Bisa saja masih bulan depan? Perawat menjawab tidak masalah, dan saya dibekali dengan formulir untuk tes lab dan radiologi.
Selesai berurusan dengan meja perawat, saya diarahkan untuk menanyakan perihal asuransi ke bagian informasi, di bagian depan lobi RS. Saya pergi kesana, mengambil nomer antrian, dan mendapatkan bag.informasi bernama teh Adisti. Teh Adisti menjelaskan mengenai biaya operasi yang nantinya akan saya jalani. Dan saya baru sadar, ternyata operasi saya dimasukkan ke dalam golongan operasi besar oleh dr.Liza, padahal saya pikir hanya operasi kecil. Wow. Dalam daftar harga, operasi besar dengan kamar kelas 2 (kelas asuransi MNC Life) total biaya yang harus disiapkan adalah 17juta, belum termasuk biaya lain-lain seperti obat-obatan, visite dokter, registrasi, dll. What the....
Dalam kegamangan yang tak pasti, saya bertanya kepada teh Adisti mengenai asuransi saya, dicover full atau tidak? Awalnya dia hanya menjawab tidak tahu, karena belum ada hasil lab dan tindakan dokter yang jelas untuk saya. Loh? Katanya dia belum tahu karena saya juga belum menentukan jadwal operasi. Walah. Justru saya berani menjadwalkan operasi ketika sudah ada kejelasan tercover atau tidaknya. Jika tidak, saya berpikiran untuk beralih ke BPJS saja, yang otomatis pindah rumah sakit. Maybe. Jawaban teh Adisti sudah titik, namun saya tidak mau menyerah untuk terus diberi kejelasan mengenai asuransi saya. Seperti yang sudah saya jelaskan di atas, jangan sampai kita menyerah dan iya-iya saja tentang apapun penjelasan pihak RS yang tidak melegakan kita. Kita harus mau mengejar, meminta apa yang menjadi kegamangan hati kita. Sampai 3 kali saya bertanya ke teh Adisti, hingga akhirnya dia berkata "ok bu, kalau begitu saya tanyakan dulu ke pihak Ad Medika, nanti ibu akan kami hubungi via telepon" naahh gitu doonnngg... Saya pun menanyakan nama teteh tersebut, dia menjawab Adisti, dan saya minta nomer telponnya. Hal ini mungkin simple, tapi penting dan jangan dilewatkan. Menanyakan nama siapa yang melayani kita, dan sekaligus minta no telpnya, agar nanti kita bisa menanyakan kabar ketika pihak RS belum memberi kabar.
Beberapa hari kemudian, di kantor, saya mencoba browsing mengenai biaya operasi dan mengenai asuransi MNC Life Ad Medika. Saya sempat menemukan dokumen pdf bahwa operasi jenis Hernia Ingunalis, hanya dicover 50% oleh MNC Life. Oh my God! Itu berarti saya harus mengeluarkan biaya kurang lebih 8,5 juta (minimal). Tidaaaakk! Saya tidak mau kehilangan akal, sembari menunggu kejelasan dari pihak RSIA Hermina, saya mencoba untuk mencari alternatif lain menggunakan BPJS. Jujur, saya belum pernah menggunakan asuransi BPJS setelah 1 tahun memilikinya. Saya berpikir, menggunakan BPJS berarti menggunakan fasilitas pemerintah yang berarti harus berobat di RS pemerintah. Dan rumah sakit yang saya pikirkan saat itu adalah RS Hasan Sadikin, RS pemerintah terbesar se-jawa barat. Benarkah? Yang saya ingat mengenai RS tsb adalahhh RS dengan pasien bejibun.. T_T antri disana dan dimari... maklum RS pemerintah.. semua kalangan berobat disana.
Di ambang kegalauan, saya banyak meminta pendapat dari berbagai orang, terutama pekerja medis. terutama kakak saya, saudara sepupu saya yang seorang dokter umum, mbak Safa namanya, dan sahabat sejak SD saya, juga dokter umum yang baru saja bekerja, Dila namanya. Kakak saya, mbak Dina, menyarankan jika saya punya fasilitas asuransi swasta, sebaiknya pakai swasta saja. Manfaatkan. Mbak Safa lain lagi, ia menyarankan untuk BPJS tapi jangan di RSHS, karena antrinya SANGAT lama katanya, subuh kesana, siang baru dipanggil. OMG. Dokter dan kamarnya pun antri, jadi tidak jelas kapan giliran kita. Hiks. Mbak Safa menyarankan untuk ke RS Advent, RS swasta yang menggunakan asuransi BPJS juga. Problemnya ada dua, jika menggunakan BPJS, berarti kamu harus mau repot untuk mengurus rujukan dari faskes pertama, yakni puskesmas atau klinik, untuk kemudian diteruskan ke RS yang dirujuk. Di RS Advent pun, saya juga masih harus memastikan apakah bisa dicover full atau tidak? Saya masih harus kembali ke tahapan awal yakni konsultasi. Problematika kedua adalah tidak adanya dokter bedah wanita, semuanya laki-laki. Oh tidak... T_T. Dan saya baru sadar, ternyata dokter bedah wanita sangat sulit ditemukan. Sebagian besar profesi dokter bedah apapun itu jenisnya, dipegang oleh dokter pria. Mungkin memang sekolahnya lama dan susah kali yaa. Tanpa sadar saya kagum kepada dr.Liza. Kata mbak Safa juga, hernia biasanya diatasi oleh dokter bedah digestif, meskipun umum juga bisa, tapi digestif lebih baik. Oh gtuuu... Masalahnya dokter bedah digestif wanita tidak ada di Bandung. Walaaahhh... Kemudian pendapat Dila, yang juga masih dokter muda, penjelasan yang dia berikan masih belum terlalu solusi bagi saya. Dia hanya menjelaskan BPJS yang dia alami selama ini seperti apa. But, thanks anyway, profesi dokter adalah profesi yang luar biasa...
Di tengah kegalauan saya, tiba-tiba saya mendapatkan telpon dari teh Adisti bahwa operasi saya ternyata dicover full oleh MNC Life. WHAT?! ALHAMDULILLAH!! Saya langsung bersujud syukur saat itu juga. Telepon kedua saya terima resmi dari RSIA Hermina bahwa saya dicover full, mungkin hanya nambah biaya non medis. Begitu kata pihak RS via telepon. Langsung saya tanyakan, biaya non medis itu seperti apa, dan berapa jumlah uang yang harus saya siapkan untuk berjaga-jaga. Sang teteh yang ada di seberang telpon pun tak bisa menjawab apa itu biaya non medis. Lagi-lagi..... ketika menanyakan biaya pun, saya sendiri yang memberi alternatif, "apakah 1 juta cukup teh?" dan katanya "iya boleh bu segitu aja.." Dan..oke..saya putuskan untuk operasi di RSIA Hermina Pasteur saja, selain pelayanan yang cepat, rumah sakitnya pun bersih, petugas disana juga ramah, dekat pula dengan kosan saya. Hehe.
Setelah saya putuskan jadwal operasi, yakni hari Jumat, 26 Feb 2016, hari Rabu saya melakukan tes lab & radiologi, yang hasilnya baru keluar keesokan harinya. Namun sayangnya, hari Kamis dr. Liza tidak ada jadwal praktek. Baru ada praktek hari Jumat jam 7 malam. Walah..alamat mundur nii operasinya. Hiks. Hari Kamis saya mengambil hasil lab, dan alhamdulillah semua normal. Hari Jumat berhubung jadwal dokter malam hari, saya habiskan sisa jam menuju jam 7 itu di kantor untuk menyelesaikan pekerjaan sebelum saya bedrest seminggu pasca operasi.Saya berangkat dari kantor pukul 18.30 daaan ternyata di luar hujannya cukup deras T_T. Tidak ada waktu lagi, batin saya, dan saya pun segera meluncur menerjang hujan deras, Dago-Pasteur, dan ternyata sehabis keluar jembatan layang Pasteur, jalanan macet parah, berhenti. Susah mengendalikan motor dalam keadaan malam hari dan hujan deras, dengan kondisi macet parah. Ada apakah ini? Pada mau kemana sih orang-orang ini? Haha.
Saya tiba di RS Hermina tepat pukul 7 malam, dan langsung ke bag. informasi untuk mendaftar. Kebetulan saat itu juga perawat dr.Liza menelpon saya menanyakan kepastian kedatangan saya, saya bilang sudah di informasi untuk antri pendaftaran. Selesai daftar, saya membawa berkas menuju perawat dr.Liza, dan tak lama kemudian saya dipanggil untuk masuk ke ruangan dr.Liza. Wow cepat sekali, batin saya. Jangan-jangan cuma saya satu-satunya pasien dokter malam ini. Saya masuk, dan memberikan hasil lab ke dr.Liza, beliau membacanya dengan cepat, dan "Oke, kapan kamu mau operasi?" Haha! Dan saya minta operasi besok, yakni hari Sabtu, dan beliau katakan oke jam 8 pagi ya! Waoooww... secepat inikah.. masih berasa tidak menyangka.. Huaaahhh.
Masih dalam keadaan badan lelah sehabis pulang kerja di malam hari, saat saya keluar ruangan dr.Liza dan bergegas menuju informasi untuk pendaftaran rawat inap, tiba-tiba seorang perawat mengejar saya dan mengatakan, jika mau operasi besok, maka malam ini harus opname, atau paling lambat jam 4 pagi. WHAT?? Di saat itu juga saya diminta untuk mengambil keputusan mau masuk kapan? Huaahhh.. apa-apaan ini serba mendadak semua T_T. akhirnya saya putuskan untuk masuk opname malam itu juga sekitar pukul 11 malam, entah bagaimana caranya nanti. Masih pukul 19.30, saya bergeas menuju meja informasi yang mulai sepi, untuk melakukan registrasi rawat inap. Lagi-lagi masih banyak dokumen yang harus dijelaskan oleh petugas, dan tanda tangan. Bagian sedihnya adalah ketika ditanyai oleh petugas, "Pasiennya siapa? ibu sendiri? kok sendiri bu?" Hikssss T_T . Dengan tenang saya jawab suami sedang perjalanan menuju Bandung dari Jakarta. "Ooh..begitu.." Sedih iya, tapi inilah hidup, jadilah pribadi yang kuat dan bisa diandalkan.. :)
Resgitrasi memakan waktu lama, kurang lebih 1 jam, pukul 20.30 saya baru bisa pulang ke kos, menghubungi teman saya untuk menemani opname malam itu. Segera kami bersiap-siap, mandi, dan menyiapkan keperluan untuk menginap, seadanya, secepatnya, lalu berangkat menggunakan taksi. Sesampainya di RS, saya dimasukkan ke IGD dan kemudian diinfus. Haduh, hal yang paling saya benci adalah jarum suntik, terutama jarum infus, karena jarumnya gede, jadi saat menusuk kulit sungguh.... sakit.... banget..... T_T
Hari Sabtu pukul 4 pagi suami saya tiba di RS. Sungguh perjuangannya luar biasa, hari Jumat yang merupakan hari lembur untuk para pekerja media, dia lakoni, dan tengah malam sanggup berangkat menuju Bandung melaksanakan kewajibannya sebagai suami.. Hehe.. My husband is the best in the world.. Pukul 07.00 saya dijemput perawat untuk turun ke ruang operasi. Deg..deg.. Operasi dilaksanakan tepat pukul 08.00 dengan dokter bedah dr. Liza, dokter anestesi, dan beberapa perawat. Saat dokter anestesi tiba, dia membawa sepertinya 'asisten' yang kemudian menyuntikkan 2 tube cairan ke selang infus saya, dan seketika.. baru saja cairan masuk, rasanya kaki saya langsung kaku, mata mengantuk, dan tiba-tiba semua hilang sampai saya dibangunkan oleh suster "Bu bangun bu..ayo pindah..bu bangun.." dengan suara yang terlampau kencang menurut saya. Hadeh.. Kemudian saya membuka mata dan, aduh maaakk, perut saya nyeri sekali, saya langsung sadar bahwa operasi baru saja selesai. para dokter telah pergi, hanya tinggal beberapa perawat saja. Dengan perut yang masih nyeri sehabis operasi, saya memaksakan diri untuk pindah ke kasur yang telah disediakan perawat, kasur yang ada rodanya. Rasanya sekujur badan ini menggigil, perut sakit bukan main, dan rasanya tiba-tiba ingin menangis. Hal serupa pernah saya rasakan saat operasi pertama kali di tahun 2011, gejala pasca operasi : badan menggigil, dan bekas operasi yang nyerinya minta ampun. Jadi saya tidak kaget. Begitu.
Operasi selesai dan saya dipindahkan ke ruangan pasca operasi sekitar pukul 9.30 (kata suami saya). Wow...berarti operasi berjalan lebih dari 1 jam? Maybe. Sekitar pukul 12.00, saya dipindah ke kamar pasien. Kamar kelas 2 di RSIA Hermina Pasteur, bagi saya sudah lebih dari cukup, Berisi 3 kasur per ruangan, yang berarti 3 pasien, dengan pemisah kelambu. Terdapat TV di tengah-tengah, serta lemari untuk 3 pasien, kamar mandi dalam, dan ruangan sisanya masih luas, mungkin sekitar 2,5 x 9 m. Enak, nyaman, bersih. Perawat disana juga ramah-ramah, komunikatif dengan pasien, pokoknya everything is perfect. Alhamdulillah.
Dan tibalah saatnya pembayaran administrasi sebelum kami pulang ke rumah. Saya degdegan. Berapakah jumlah biaya non medis itu? Dan ternyata, semua dicover full, dari total biaya sekitar 20juta, kami hanya membayar selisih sebesar 68.300 rupiah saja.. :D ALHAMDULILLAH.. Terimakasih Allah, terimakasih dr. Liza & team, terimakasih MNC Life, dan terima kasih untuk suami dan temanku, Bunga..hehe.. Semoga esok saya lebih sehat dan tidak tertimpa penyakit berat lainnya.. Amin...
Oh iya, FYI, sebenarnya RS Hermina Pasteur Bandung, juga menerima pasien BPJS, tapi untuk sementara ini hanya khusus pasien melahirkan SC. Pasien dengan lahiran normal sepertinya belum bisa. Tapi kemarin (per Februari 2016) informasi dari pihak RS adalah kedepannya BPJS bisa mengcover semua jenis penyakit di sini, tidak hanya ibu hamil. Jadi mudah-mudahan saja segera terealisasi. Amin.. Dan satu lagi, jika kamu memiliki 2 asuransi, BPJS dan swasta, maka yang bisa dijadikan cadangan cover yang kedua adalah yang swasta. Jadi misalnya berobat menggunakan BPJS, masih ada biaya yang belum tercover, maka hal tsb akan dicover oleh asuransi swasta. Namun jika sebaliknya tidak bisa. Demikian. Dan semoga bermanfaat.. :)
Oh iya, FYI, sebenarnya RS Hermina Pasteur Bandung, juga menerima pasien BPJS, tapi untuk sementara ini hanya khusus pasien melahirkan SC. Pasien dengan lahiran normal sepertinya belum bisa. Tapi kemarin (per Februari 2016) informasi dari pihak RS adalah kedepannya BPJS bisa mengcover semua jenis penyakit di sini, tidak hanya ibu hamil. Jadi mudah-mudahan saja segera terealisasi. Amin.. Dan satu lagi, jika kamu memiliki 2 asuransi, BPJS dan swasta, maka yang bisa dijadikan cadangan cover yang kedua adalah yang swasta. Jadi misalnya berobat menggunakan BPJS, masih ada biaya yang belum tercover, maka hal tsb akan dicover oleh asuransi swasta. Namun jika sebaliknya tidak bisa. Demikian. Dan semoga bermanfaat.. :)
Nice posting, mamah... I love u forever more
ReplyDeletethx pah xixixixi.. love u too..
Deletesemoga segera pulih La!
ReplyDeleteamin... makasih banyak mbak Angy.. maaf baru baca komennya.. hehe :D
DeleteSalam kenal teh.
ReplyDeleteBisa sharing pasca operasinya sepertia apa?dan aktivitas nya sudah bisa seperti sedia kala?
Biasya oprasi hernia berapa ya?
ReplyDeletekurang lebih 20jt teh. :)
DeleteDmna letak lokasi RS.Hermina Pasteur ini??? Dan brp lama penyembuhan setelah operasi hernia?? Biaya 20 jt itu sudah trmasuk obat2an dan ruang inap kah?,Terima kasih mohon dijawab
Deletewah maaf kak baru lihat komennya, maaf banget baru jawab. RS Hermina Pasteur ada di Bandung, penyembuhan kurang lebih 1 minggu. Benar kak 20jt itu sudah all in untuk tahun 2016 yah, saya tidak tahu kalo sekarang berapa. Terima kasih sudah mampir ke blog saya.. :)
Delete