Saat itu hari Minggu yang cerah, dan saya kedatangan tamu 'spesial' dari Jakarta. Teman saya yang bekerja di Jakarta, datang ke Bandung untuk berlibur. Kesempatan ini tak saya sia-siakan untuk hanya berjalan ke mall, karena di Jakarta pun yang namanya mall sudah tumpah ruah. hehehe. Saya pikir pergi ke tempat yang bernuansa alam akan lebih menyenangkan daripada jalan ke mall mulu. :D Betul kan betul kan? Lagipula di kota sepadat Jakarta, susah banget nemuin tempat-tempat bernuansa alam..
Yep! Siang itu akhirnya saya putuskan untuk mengajaknya ke THR Djuanda di kawasan Dago, Bandung. Sebenarnya kami dulu sudah pernah kesana sekali, di tahun 2010, tapi hanya sebentar. Meskipun kali ini bulan puasa, tak menghalangi kami untuk menjajaki taman hutan yang sangat besar tersebut. Selidik punya selidik, ternyata saya baru tau kalo di sana ada air terjun! Yaaaa lama sekali saya tak melihat air terjun sejak saya masih tinggal di Malang hampir 2 tahun yang lalu! T_T
Ternyata benar pun, di papan sign system ada petunjuk menuju air terjun. Ada 3 air terjun kalo ingatan saya tidak salah, dan jaraknya ada yang dekat ada yang jauh *menurut peta. Akhirnya dengan semangat 45 saya dan teman saya berjalan menyusuri jalan setapak hutan-hutan di taman itu.
Sialnya, saya memakai sepatu flat yang tidak cocok untuk naik gunung..cocoknya buat ngemall..hehehe..dan ternyataaa perjalanan menuju air terjunnya sangat jauhhhh. Setelah melewati goa Belanda, akan ada sign system menuju 3 air terjun tadi. Air terjun tersebut adalah:
1. Curug Omas
2. Curug Lalay
3. Curug Dago
Karena waktu yang sudah siang, kita putuskan untuk menuju curug Omas saja, walaupun sebenernya pengen menjelajahi semuanya, tapi karena bulan puasa juga, jadi mungkin lain kali. hehehe. Perjalanan ke Curug Omas diawali dengan melewati Goa Belanda. Goa ini merupakan goa buatan jaman Belanda yang dulu digunakan untuk tempat penyimpanan senjata (kalo ga salah). Goa nya sangat besar dan panjang..kurang lebih 75m kayaknya..sebelum memasuki goa terdapat jasa peminjaman senter, karena goa sangat gelap.
Setelah keluar goa, kita masih harus berjalan kaki melewati hutan-hutan, dan pemandangannya sungguh luar biasa..saya jadi rindu suasana alam di kota Malang..hiks..hiks.. Di sepanjang jalan ternyata banyak tukang ojek menawarkan jasa untuk mengantar sampe air terjun. What? Sejauh itukah? pikir saya. Namun kami berdua mengurungkan niat untuk menyewa ojek, karena tidak percaya dan mahal pula tarifnya, kami ditarif Rp50.000/orang untuk PP. Bujubuneeengg..jadi berdua Rp100.000 dongg..huhu.. Apalagi kita sudah sering menjelajah hutan dan gunung untuk menuju air terjun.
Langkah demi langkah, tidak terdengar suara air terjun sama sekali, sungai pun terlihat masih kering, tak ada tanda-tanda sungai beraliran deras. Padahal kita sudah merasa berjalan jauh dan menanjak pula. Saya sampai ngos-ngosan. Disitu kami berdua mulai curiga, sepertinya memang jalan menuju air terjun masih sangat jauh. Bapak ojek yang menawarkan harga mahal tadi sampai berkali-kali mendatangi kami dengan harga yang diturunkan terus. Haha. Kami tak menyerah, sampai akhirnya saya merasa tidak kuat lagi untuk berjalan. Andai saat itu bukan bulan puasa, saya memakai sepatu yang cocok, dan perut saya sehat, pasti saya kuat-kuat saja berjalan sampe air terjun sejauh apapun. Dan juga karena langit yang sudah muali mendung, akhirnya bapak ojek yang berkali-kali tadi datang lagi menawari kami, kali ini dengan harga banting, Rp30.000 PP untuk 2 orang! Hahahaha...dari Rp100.000 jatoh ke Rp30.000! Yasudah, akhirnya kami memutuskan untuk mengiyakan tawaran bapak ojek itu. Dengan sepeda bebeknya yang sudah mulai butut serta kotor karena lumpur, kami bonceng berdua. Dan ternyataaaaaa...jalan menujur air terjun masih jauuuhhhh...jyaaahh naik motor aja berasa jauh, apa kabar jalan kaki??yahh kurang lebih 10 menit naik motor.. hahahaha...jalannya menanjak dan berlumpur pula..melewati hutan-hutan yang rada gelap gitu..hmm..
Dan akhirnya sampailah kami di tempat parkir ojek. Ternyata di situ ada semacam gasibu untuk tempat menunggu para bapak ojek. Menunggu penumpangnya. Dari parkiran itu, kita masih harus berjalan kaki sekitar 50m untuk menuju air terjun. Finally..akhirnya kita bisa melihat yang namanya curug Omas...
Yep! Siang itu akhirnya saya putuskan untuk mengajaknya ke THR Djuanda di kawasan Dago, Bandung. Sebenarnya kami dulu sudah pernah kesana sekali, di tahun 2010, tapi hanya sebentar. Meskipun kali ini bulan puasa, tak menghalangi kami untuk menjajaki taman hutan yang sangat besar tersebut. Selidik punya selidik, ternyata saya baru tau kalo di sana ada air terjun! Yaaaa lama sekali saya tak melihat air terjun sejak saya masih tinggal di Malang hampir 2 tahun yang lalu! T_T
Ternyata benar pun, di papan sign system ada petunjuk menuju air terjun. Ada 3 air terjun kalo ingatan saya tidak salah, dan jaraknya ada yang dekat ada yang jauh *menurut peta. Akhirnya dengan semangat 45 saya dan teman saya berjalan menyusuri jalan setapak hutan-hutan di taman itu.
Sialnya, saya memakai sepatu flat yang tidak cocok untuk naik gunung..cocoknya buat ngemall..hehehe..dan ternyataaa perjalanan menuju air terjunnya sangat jauhhhh. Setelah melewati goa Belanda, akan ada sign system menuju 3 air terjun tadi. Air terjun tersebut adalah:
1. Curug Omas
2. Curug Lalay
3. Curug Dago
Karena waktu yang sudah siang, kita putuskan untuk menuju curug Omas saja, walaupun sebenernya pengen menjelajahi semuanya, tapi karena bulan puasa juga, jadi mungkin lain kali. hehehe. Perjalanan ke Curug Omas diawali dengan melewati Goa Belanda. Goa ini merupakan goa buatan jaman Belanda yang dulu digunakan untuk tempat penyimpanan senjata (kalo ga salah). Goa nya sangat besar dan panjang..kurang lebih 75m kayaknya..sebelum memasuki goa terdapat jasa peminjaman senter, karena goa sangat gelap.
Setelah keluar goa, kita masih harus berjalan kaki melewati hutan-hutan, dan pemandangannya sungguh luar biasa..saya jadi rindu suasana alam di kota Malang..hiks..hiks.. Di sepanjang jalan ternyata banyak tukang ojek menawarkan jasa untuk mengantar sampe air terjun. What? Sejauh itukah? pikir saya. Namun kami berdua mengurungkan niat untuk menyewa ojek, karena tidak percaya dan mahal pula tarifnya, kami ditarif Rp50.000/orang untuk PP. Bujubuneeengg..jadi berdua Rp100.000 dongg..huhu.. Apalagi kita sudah sering menjelajah hutan dan gunung untuk menuju air terjun.
Langkah demi langkah, tidak terdengar suara air terjun sama sekali, sungai pun terlihat masih kering, tak ada tanda-tanda sungai beraliran deras. Padahal kita sudah merasa berjalan jauh dan menanjak pula. Saya sampai ngos-ngosan. Disitu kami berdua mulai curiga, sepertinya memang jalan menuju air terjun masih sangat jauh. Bapak ojek yang menawarkan harga mahal tadi sampai berkali-kali mendatangi kami dengan harga yang diturunkan terus. Haha. Kami tak menyerah, sampai akhirnya saya merasa tidak kuat lagi untuk berjalan. Andai saat itu bukan bulan puasa, saya memakai sepatu yang cocok, dan perut saya sehat, pasti saya kuat-kuat saja berjalan sampe air terjun sejauh apapun. Dan juga karena langit yang sudah muali mendung, akhirnya bapak ojek yang berkali-kali tadi datang lagi menawari kami, kali ini dengan harga banting, Rp30.000 PP untuk 2 orang! Hahahaha...dari Rp100.000 jatoh ke Rp30.000! Yasudah, akhirnya kami memutuskan untuk mengiyakan tawaran bapak ojek itu. Dengan sepeda bebeknya yang sudah mulai butut serta kotor karena lumpur, kami bonceng berdua. Dan ternyataaaaaa...jalan menujur air terjun masih jauuuhhhh...jyaaahh naik motor aja berasa jauh, apa kabar jalan kaki??yahh kurang lebih 10 menit naik motor.. hahahaha...jalannya menanjak dan berlumpur pula..melewati hutan-hutan yang rada gelap gitu..hmm..
Dan akhirnya sampailah kami di tempat parkir ojek. Ternyata di situ ada semacam gasibu untuk tempat menunggu para bapak ojek. Menunggu penumpangnya. Dari parkiran itu, kita masih harus berjalan kaki sekitar 50m untuk menuju air terjun. Finally..akhirnya kita bisa melihat yang namanya curug Omas...
Be First to Post Comment !
Post a Comment