Waw baca judulnya kayak iye banget ya? Hahaha. Tulisan ini hanya menceritakan pengalaman, bukan rekomendasi. Keputusan investasi semua berada di tangan masing-masing.
Berawal dari kegalauan saya yang perlu menabung untuk masa depan anak (biaya sekolah, kuliah, nikah anak, dll) serta inflasi yang terus meningkat dan tidak bisa dihindari. Saat itu saya membaca postingan seorang emak-emak influencer di Instagram yang sedang membahas tabungan pendidikan untuk anak. Postingannya membahas tentang bagaimana dia menyisihkan sebagian penghasilannya untuk tabungan pendidikan anaknya, mulai dari tabungan masuk TK sampai Perguruan Tinggi. Wow. Saya yang masih awam dan cupu mengenai tabungan/investasi, merasa terkedjoet dan panik. Anak saya saat itu umur 1,5 tahun dan belum dibuatkan tabungan pendidikannya. Panik lah saya, ternyata tabungan pendidikan harus disiapkan sejak dini, dikelompokkan sesuai jenjang sekolahnya. Dan akhirnya segera saya eksekusi gaji saya untuk tabungan pendidikan.
1. TAKA alias TABUNGAN BERJANGKA
Berbekal dari postingan Instagram si emak influencer tsb, saya akhirnya membuka Tabungan Berjangka di Bank BNI Syariah. Proses pembukaan rekening sudah pernah saya tulis di post ini: Tapenas BNI Syariah. Kala itu saya membuka Tapenas untuk tabungan masuk TK saja. Target saya waktu itu adalah sejumlah uang pangkal masuk TK yang sudah kami incar. Untuk jangka waktu disesuaikan dengan pendaftaran masuk TK nya mulai kapan.
Bulan selanjutnya saya membuat 2 rekening Tapenas baru di BNI Syariah untuk jenjang SD dan SMP. Jadi total saya memiliki 3 buah rekening Tapenas di BNI Syariah. Oh iya sebelum membuka rekening tsb, saya survey online untuk sekolah SD dan SMP yang jadi incaran kami, sehingga kami bisa tau secara kasar uang pangkalnya butuh berapa saat anak kami masuk. Saya sengaja tidak menghitung dengan ditambahkan perkiraan inflasi, karena sepertinya uangnya tidak cukup, hahaha. Jadi mengambil harga tahun 2019, nanti kekurangan bisa ditambal lah, yang penting sudah ada persiapan tabungan. Sistem Tapenas di BNI Syariah adalah menggunakan autodebet setiap tanggal 4. Sehingga secara tidak langsung kita 'dipaksa' untuk menabung. Supaya disiplin. Dana tabungan pun tidak bisa ditarik sampai waktu jatuh tempo.
2. LOGAM MULIA/EMAS
Setelah memiliki 3 buah rekening Tapenas, saya pun berpikir untuk membuat pos selanjutnya untuk keperluan yang lebih beragam dan lebih "long term", dan terutama yang bisa melawan inflasi. Salah satunya seperti tabungan untuk SMA, Kuliah, untuk dana "tambal-tambal" dari Tapenas. Duh, bahasanya. Idealnya, kita harus tau ya perencanaan kita secara pasti, jangan seperti saya yang perencanaannya macem-macem, pos nya juga ga jelas. Hehe, tapi yang penting nabung lah, daripada egga. Kan kata pepatah, "Don't put your eggs into one basket".
Awalnya saya tergiur dengan tabungan emas milik Pegadaian. Soalnya gampang banget sistemnya, kita punya uang berapapun bisa langsung ditabung, dan nominalnya langsung dikonversikan ke dalam gram emas. Menarik banget sih, terutama bagi saya yang cashnya sedikit, haha. Dan nanti kalo butuh dananya, bisa langsung ditarik tunai sesuai harga emas pada saat itu. Tapi usut punya usut, saya membaca ketentuan DSN-MUI bahwa menabung emas seperti itu tidak syariah. Karena wujud barangnya tidak ada. Intinya, membeli emas adalah sebuah bentuk perdagangan, ya, perdagangan jual beli emas. Jadi harus ada uang tunai yang dibayarkan, ada barang yang kita dapatkan. Kalau pakai sistem menabung emas seperti Pegadaian, jatuhnya hanya beli secara digital saja, bisa sih diambil dalam bentuk logam emas ketika jumlah tabungan sudah mencukupi, tapi masih kena biaya cetak, jadi lebih mahal jatuhnya.
Akhirnya saya pun membatalkan niat saya untuk menabung emas pegadaian. Saya maunya beli saja langsung emas batangan. Cara menabungnya juga manual, setiap bulan sehabis gajian, secara manual saya sisihkan sebagian uang untuk membeli emas. Kalau dibandingkan dengan tabungan Pegadaian memang lebih rugi, karena nilai emas terus naik, sedangkan kita mengejarnya cuma dengan nabung biasa. Pasti rugi memang, tapi ya its okay lah, yang penting syariah. Tapi ini preferensi saya pribadi ya, teman-teman bebas memilih mau menabung emas dalam bentuk apa, tergantung preferensi masing-masing.
Untuk emas batangan bisa dibeli di Butik Antam. Kalian tinggal bawa uang cash atau debit dan KTP. Ambil nomor antrian, dan tunggu hingga dipanggil. Prosesnya cepet kok, yang lama itu antrinya. Makanya kalau mau beli LM, lebih baik datang lebih awal. Lalu cara menyimpannya macam-macam, bisa memakai SDB (Safe Deposit Box) yang banyak disediakan di bank-bank maupun di Antam itu sendiri. Cuma harus dicek ketersediaannya dulu ya. Harga SDB pun bermacam-macam sesuai ukurannya.
Untuk harga emas sendiri selalu naik setiap tahun. Jadi dia memang cocok untuk jangka panjang, at least >5 tahun lah ya. Jangan menabung emas untuk jangka pendek, karena harganya fluktuatif. Jadi lebih cocok jangka panjang.
3. REKSADANA
Setelah beberapa bulan menabung LM jadi sering pantengin website Logam Mulia buat liat pergerakan harga emas, haha. Seneng banget ketika harga nya lagi naik rasanya kayak bangga gitu, hehe. Setahun berlalu dan mulai bisa asyik merasakan naik turun harga emas, akhirnya saya terjun ke Reksadana. Perkenalan dengan reksadana ini dimulai juga dari Instagram. Saat itu secara tidak sengaja saya mantengin IG Story seorang 'calon' financial planner, lalu dia ngobrol ngalor ngidul dan tetiba membahas tentang reksadana. Dia bilang ke followernya, kalau punya duit meskipun cuma 10ribu, daripada buat jajan Boba, mending beliin reksadana di Bibit, gitu katanya. Wah penasaran lah saya, Bibit itu aplikasi apa? Hoho.
Nah berawal dari sanalah akhirnya saya kepo dan mencari tahu tentang aplikasi Bibit, apa itu Reksadana, bagaimana sistem kerjanya, dll. Buat temen-temen yang belum kenal Reksadana, bisa googling ya, infonya buanyakk dimana-mana. Saya disini cuma cerita pengalaman menabung saya saja sebagai emak-emak yang khawatir akan masa depan anak.
Beberapa hari mempelajari reksadana, akhirnya saya membuka akun saya di Bibit. Sebenernya banyak aplikasi lainnya yang serupa, contohnya Bareksa, Tanamduit, Ajaib, dll. Saya mulai dengan uang 10rb juga kalau tidak salah, persis seperti kata si mbak instagram tadi. Dan ya ternyata memang bisa lho invest cuma dengan 10rb. Sejak saat itu saya putuskan diversifikasi tabungan selain Taka dan Logam Mulia, juga Reksadana. Rutin setiap bulan sehabis gajian.
Hampir setahun memiliki Reksadana, dengan imbal hasil yang selalu hijau (seneng khaan),tiba-tiba di bulan Maret 2020 datanglah Corona yang menyebabkan market crash, imbal hasil yang tadinya selalu hijau, jadi merah dan minus sebesar -4% lebih hanya dalam waktu beberapa hari. Wah, kaget lah saya, uang yang sudah susah-susah saya tabung setiap bulan, minus gara-gara Corona. Tapi saya tidak panik, berusaha tenang, dan mencari info sebanyak-banyaknya mengenai "kenapa kok reksadana saya bisa minus? Apa penyebabnya? Bagaimana sistemnya?"Dan segala pertanyaan awam lainnya. Meskipun minus sekalipun, saya tetap rutin menabung di Bibit setiap bulan, sampai akhirnya saya mulai mengerti tentang bagaimana hubungan antara Corona dengan jatuhnya market atau IHSG. :D
4. SAHAM
Sebenarnya sudah lumayan lama saya mengenal saham sejak menabung Reksadana, tapi tidak berani masuk karena kata-kata yang selalu didengungkan tentang saham adalah "High Risk, High Gain". Mendengar kata-kata itu rasanya sudah bikin malas untuk tau lebih jauh, apalagi mempelajarinya. Namun market crash di bulan Maret lalu akhirnya menyadarkan saya betapa ini adalah peluang emas untuk menabung saham. Hahaha.
Di bulan Maret saya tidak serta merta langsung membuka rekening saham. Masih kaget dulu, bengong dulu. Baru benar-benar kepo dan mulai belajar itu di bulan Mei 2020, yang akhirnya membawa saya untuk membuka rekening sekuritas di bulan Juni. Memang kalau orang sudah muncul rasa 'kepo', informasi itu akan terus dicari kemana-mana. Apalagi saat masa pandemi, dimana semua aktivitas dilakukan dari rumah, membuat semua orang akhirnya mencari kesibukan baru salah satunya belajar mengenai investasi saham.
Saya banyak belajar dari akun Instagram @ngertisaham, temen-temen yang mau belajar bisa langsung kesana. Adminnya baik dan lucu, menjelaskan saham dengan bahasa yang mudah dipahami. Awalnya saya membaca postingannya itu sangat bingung seperti orang bego, di kolom-kolom komentar banyak sekali yang mengobrol, dan saya tidak tau sedikitpun mereka ngobrolin apa, berasa orang paling bego di dunia yang mainnya kurang jauh. Hahaha. tapi itulah yang saya rasakan. Tapi gara-gara itu juga akhirnya rasa kepo saya semakin besar, kalau netizen-netizen ini bisa paham tentang saham, kenapa saya engga? Kemana aja saya selama ini? Terus jadi merasa malu ama diri sendiri. Ya begitulah.
Lama kelamaan perlahan-lahan saya mulai paham karena rajin membaca post, komentar netizen, IG story, blog, Youtube, dll. Ternyata banyak sekali ilmu bertebaran di dunia online tentang saham ini, duh saya kemana saja? Asal ada kemauan untuk belajar, pasti lama-lama paham dan bisa. Dan juga harus terjun langsung dengan cara membuka rekening sekuritas. Saya membuka rekening sekuritas di Indopremier lewat aplikasinya bernama IPOT. Diantara sekian banyak perusahaan sekuritas, saya memilih IPOT karena menurut saya dia cocok dengan kaum milenial. Deposit awalnya 0 rupiah, pembukaan akunnya full online, serta selalu mengadakan webinar dan live instagram mengenai tutorial aplikasi maupun ilmu saham. Well, bagus yah, kekurangannya dia agak mahal di biaya jasa nya dibandingkan dengan sekuritas lain. But, it's okay lah, mungkin itu harga yang harus dibayar nasabah karena fasilitasnya yang bagus.
Di bulan Juni 2020, harga-harga saham di Indonesia masih banyak yang jatuh alias masih diskon, jadi merupakan kesempatan emas buat yang mau koleksi, karena harganya pasti akan naik (kembali normal) ketika pandemi ini telah berlalu, sangat cocok untuk ditabung, sangat menggiurkan. Hahaha. Sebagai pemula, pasti sangat bingung, mau beli saham perusahaan apa? Karena pilihannya banyakkk sekali, hampir 700 emiten saham. Emiten mana yang bagus? Saya pun waktu itu juga bingung harus beli yang mana, bagaimana cara analisis perusahaan. Analisis fundamental, teknikal, istilah apa itu? Wahh pokoknya super bingung deh, banyak yang harus dipelajari! Hahaha.
Yah tapi super seru sih belajar saham ini, hehe. Buat saya ketagihan, hehe. Emiten pertama yang saya beli saat itu adalah PT Aneka Tambang Tbk. (ANTM) yang harganya 80ribuan. Pilih yang murah dulu untuk awam, beli 1 dulu, dan rasakan floatingnya. Saya juga membeli emiten PT Sarana Menara Nusantara Tbk. (TOWR) di harga 80rb an juga kalau tidak salah. Nah 2 saham inilah yang saya gunakan untuk belajar pengalaman, serta merasakan secara langsung floating harganya, pergerakan grafiknya, serta berita-berita/sentimen yang mengikutinya.Hampir 1 bulan merasakannya, disambi dengan belajar sana-sini, akhirnya saya berani untuk melangkah lebih jauh dengan membeli emiten-emiten lainnya yang cocok untuk investasi jangka panjang. Karena tujuan saya menabung saham ini adalah untuk biaya SMA dan kuliah anak saya, untuk dana pensiun kami kelak (kalo bisa sih pensiun dini, haha), dan untuk warisan kepada anak ketika kelak saya sudah meninggal. Karena warisan tidak melulu berbentuk rumah atau tanah, warisan dalam bentuk saham itu juga keren.
Dan sekian yang bisa saya bagikan tentang pengalaman saya dalam berinvestasi. Semoga bisa membawa manfaat dan membuka wawasan bagi para pembaca blog saya yang budiman. Hehe. Salam cuan!!!